GENJEK
Irama pentatonik bau tuak tembang ritmik
Peluh berpeluk busa-busa buas mata
Ini hari kau mengumbar lara di tanah tandus
iringi tarian kata-kata tak berwajah
Gending genjek ukir syair nestapa
Kasihani diri di linangan air keras api
Debur syair cintamu tak memberi apa pun pada kemesraan anak-anak
Mereka masih mendayung sendiri perahu luka
Ida Bagus Darmasuta, 2005
Welcome
Laman ini saya manfaatkan sebagai ajang "unjuk seni" yaitu, salah satu cara saya untuk menunjukkan apresiasi terhadap kesenian, terutama aktivitas berkesenian di Bali. Sebagai manusia biasa, saya merasa bahwa saya tidak mungkin melepaskan diri dari seni. Saya tidak menyangka tiba-tiba timbul dorongan untuk melukis, sekali waktu timbul keinginan untuk membuat ukiran, patung, Pada kesempatan yang lain saya ingin bermain musik atau membaca karya sastra. Semua itu saya lakukan karena semata-mata tidak ingin membendung desakan yang datang dari dalam diri saya. Semua desakan itu saya biarkan mengalir hingga melahirkan karya. Saya tidak terlalu memikirkan nilai karya. Karena penilaian datangnya dari luar bukan dari diri saya sendiri. Karya yang sudah ada saya kumpulkan, saya ingin membagi apresiasi pada Anda sambil saya terus berkarya selama masih ada dorongan nurani seni pada diri saya.
8.9.10
TRUNYAN
Pada kabut yang tak pernah jelas bentuk
Kutanam puisi biar tumbuh sebatang kayu
Kutanam hingga berhembus ke celah janji
Tentang anak-anak lereng taru menyan
jasad dingin, nasib sunyi
Kabut menutup air panas hati
Linangan hari masih juga menjaja harga diri
Berharap seperti menawarkan jiwa tak bertuan
riak danau, riak hati
Anak siapa tidur di terik trotoar kotaku?
Tak jelas kulihat menjadi wangi di sela mimpinya
Ida Bagus Darmasuta,2005
Pada kabut yang tak pernah jelas bentuk
Kutanam puisi biar tumbuh sebatang kayu
Kutanam hingga berhembus ke celah janji
Tentang anak-anak lereng taru menyan
jasad dingin, nasib sunyi
Kabut menutup air panas hati
Linangan hari masih juga menjaja harga diri
Berharap seperti menawarkan jiwa tak bertuan
riak danau, riak hati
Anak siapa tidur di terik trotoar kotaku?
Tak jelas kulihat menjadi wangi di sela mimpinya
Ida Bagus Darmasuta,2005
Langganan:
Postingan (Atom)