PANGRUPAK
Seluas tanah yang segera menjelma kota
mengerang pangrupak di timbunan waktu
tangan siapa mengeras dalam tahta kayu ?
gagangnya membekas tangan kata
Seluas tanah yang segera menjelma peradaban
Tertimbun garis aksara di ladang persemadian
Tanganmukah yang akan menggapai
Lalu mencuci di setiap kesempatan kelu?
Memintal sejarah jadikan permadani jalan rasa
Dirajut pada lontar, daun tumbuh di pagi pertama
Pikiran merekah dan jiwa bercumbu dengan dewi kata
Kemudian pengrupak menggores jelas menjadi arah
Ini setelahnya, mengapa hanya menjadi tonggak tulang
Hanya daging dibalut kulit
Jiwa entah ke mana
Kemanusiaan entah apa
harkat ada di tumpukan mimpi-mimpi
Pangrupak mengkarat
Sekarat dielus anak cucu
Ida Bagus Darmasuta, 2007
Welcome
Laman ini saya manfaatkan sebagai ajang "unjuk seni" yaitu, salah satu cara saya untuk menunjukkan apresiasi terhadap kesenian, terutama aktivitas berkesenian di Bali. Sebagai manusia biasa, saya merasa bahwa saya tidak mungkin melepaskan diri dari seni. Saya tidak menyangka tiba-tiba timbul dorongan untuk melukis, sekali waktu timbul keinginan untuk membuat ukiran, patung, Pada kesempatan yang lain saya ingin bermain musik atau membaca karya sastra. Semua itu saya lakukan karena semata-mata tidak ingin membendung desakan yang datang dari dalam diri saya. Semua desakan itu saya biarkan mengalir hingga melahirkan karya. Saya tidak terlalu memikirkan nilai karya. Karena penilaian datangnya dari luar bukan dari diri saya sendiri. Karya yang sudah ada saya kumpulkan, saya ingin membagi apresiasi pada Anda sambil saya terus berkarya selama masih ada dorongan nurani seni pada diri saya.
16.9.10
KATARSIS API
Jasad di pembaringan api ditangisi luka sendiri
Sebentar lagi menjadi pertiwi,
Menjadi apah,
menjadi teja,
menjadi bayu,
membumbung akasa
gigitan api sejengkal-sejengkal mengingatkan karma
sakitnya sejak bermula kelahiran
sudah berapa peristiwa diputuskan
ada yang teringat
tapi cenderung murung digulung mendung
inilah sejarah yang dipatri sendiri
kembali ke api
katarsis api
agar semua bersih mencari tempat sembunyi
Ida Bagus Darmasuta 2007
Jasad di pembaringan api ditangisi luka sendiri
Sebentar lagi menjadi pertiwi,
Menjadi apah,
menjadi teja,
menjadi bayu,
membumbung akasa
gigitan api sejengkal-sejengkal mengingatkan karma
sakitnya sejak bermula kelahiran
sudah berapa peristiwa diputuskan
ada yang teringat
tapi cenderung murung digulung mendung
inilah sejarah yang dipatri sendiri
kembali ke api
katarsis api
agar semua bersih mencari tempat sembunyi
Ida Bagus Darmasuta 2007
Langganan:
Postingan (Atom)